Jumat, 29 Januari 2010


E M A K
Aku sangat ingat jelas, waktu itu aku masih kelas 2 SD. Sore hari diatas jam 15.30 an, aku diajak Beliau (EMAK ku) ke rumah adiknya yang disebut BULEK ku. Untuk keperluan yang aku gak mudeng.
Dari rumah menuju ke rumah BULEK ditempuh dengan roda yang dikaruniai Allah pada kami, yaitu JALAN KAKI. Jarak kalau kuhitung sekarang ini kurang lebih 5 KM an. Mungkin karena keterbatasan keuangan maka perjalanan itu ditempuh dengan jalan kaki, disamping sebagai ujud rasa syukur pada Allah bahwa kita masih dikaruniai kaki. Ada angkutan umum, tapi uang enggak duwe. Masak mau nggandol ……..?,
Gachoer kecil dalam perjalanan itu lama kelamaan nggrundel ae, yang capek lah, yang gak nyampai-nyampai lah, yang kelamaan lan liyo liyane. Ada kerikil oleh Gachoer disepak, ada bekas minuman instan disepak pula, oleh EMAK Gachoer dihibur dengan kata yang lembut dan menyentuh bahkan terkesan mendinginkan atine Gachoer seng wis pusing puol. Maklum jenenge arek cilik, yo seng tuwek kudu sabar. “Disek yo Le, dilut engkas wis teko”, itu kata EMAK ku. “Sabar yo Le, dianggep ae olah raga biar awake tahes”, itu kata EMAK ku juga. Gachoer cilik tetep nggrundel ae, sampi ora kroso wis tekan rumahe BULEK.
Dari cerita di atas, tanpa saya sadari EMAK ku memberikan banyak contoh untuk hidup.
Hingga aku tarik kesimpulan, HIDUP ITU KUDU SABAR, NRIMO LAN TERUS BERJUANG NGANTI MATI dengan disertai IKHLAS lan SYUKUR nang GUSTI ALLAH.
Matur suwun sanget EMAK, sampai rasanya tidak ada kata yang pantas untuk menulis ucapan terima kasih terhadap kasih dan sayang mu, EMAK.
Hanya doa yang saat ini Gachoer bersama keluarga bisa berikan untukmu, EMAK lan BAPAK.