Jumat, 30 Juli 2010

SURI TAULADAN

Nuansa hari itu betul betul tak menggairahkan, entah karna apa. Kerjaan nyata betul betul menumpuk, janji begitu buanyak puol. Letih rasanya tubuh dan pikiran ini. Ujung ujungnya … ya rupiahlah penyebabnya. Sampai awak begitu iri pada yang namanya ombak, kok gak capek jalan terus.
Inilah memang sebagian sisi kecil dari sudut pandang yang terkecil tentang makna hidup. Dengan harapan awak iki kalau hidup jangan hanya bangun tidur aja, setelah mandi jadi orang bego atau robot aja. Tanpa kita sadari kita jadi kuda dari rupiah. Memang awak gak munafik bahwa urip iku butuh ada duwit. Yakin ajalah untuk melangkah terus dan nikmati indahnya hidup ini dengan senantiasa syukur pada Allah, ojok KUFUR !!!
Awak jadi ingat masa lalu kelurgaku yang gak begitu terang. Bapakku hanya seorang pegawai negeri kelas rendahan, Emakku hanya seorang ibu rumah tangga semi wanita kerier. Tapi walau Emakku wanita kerier, beliau tetep mengutamakan kepentingan keluarga terutama dalam hal menyayangi dan mendidik anak.
Emakku berkarir dibidang makanan, tepatnya penjual keliling tahu dan nasi empog, mendol, urap-urap campur iwak asin. Dengan di SUNGGIH di atas kepala dan sebagian di gendong serta ada yang di jinjing, batapa berat beban fisik yang dialami emakku. Sampai dirumah sehabis keliling emakku senantiasa memprioritaskan 7 anakny tanpa mengenal istilah capek. Inilah tunututan hidup yang harus emak lakukan dengan niatan yang tulus membantu Bapak mencari tambahan nafkah dengan tanpa mengurangi sedikitpun rasa hormat pada Bapak.
Mereka berdua berjibaku dengan hidup yang serba pas pasan bahkan kurang. Sungguh pahit … bahkan sengsoro yang aku alami sendiri. Kadang kedesa kerumah Pak De hanya untuk nyambat masalah uang, bener bener edan. Orang kota kok nyambat uang ke orang desa. Tapi inilah sekali lagi hidup yang penuh apa adanya jujur dan tak pernah terbayangkan untuk minta belas kasihan orang lain. Kehidupan yang serba susah itu mereka jalani secara terus menerus tanpa ada rasa bosan dan jenuh, hingga akhirnya mereka berdua dipanggil Allah. Semoga senantias untuk mereka mendapat ampunan dari Allah …Amiin.
Sekarang kami hanya tinggal mengenang akan kegigihan mereka dalam mengarungi samudra kehidupan ini. Hingga rasanya mereka seakan masih ada di dada masing masing anak anaknya. Ini seperti kami alami setiap 6 bulanan sekali. Ya… kami semua satu saudara oleh Bapak dan Emak diberi uang Rp. 800.000,- an dan juga gula 10 Kg an. Dimana nilai fluktuasi uangnya tak akan menyusut melainkan mengikuti fluktuasi nilai uang yang ada.
Masya’allah … ORANG TUA SUDAH MENINGGAL, TAPI MASIH MAMPU MEMBERI KEBAHAGIAN SECARA MATERI KEPADA ANAK-ANAKNYA BERUPA UANG SECARA RUTIN.
Ya Allah bisakah kami semua esoknya seperti emak dan bapakku …Amiin.